Find Us On Social Media :

Tes Kerenggangan Busi, Enak Rapet Atau Nangkang?

By Motorplus, Kamis, 10 Mei 2012 | 14:47 WIB
()

()

 Gap diukur menggunakan feeler gauge
Gap busi bukan harga mati. Meski pabrikan sudah mematok kerenggangan antara ground dan elektroda busi di angka kisaran 0,9 mm, toh angka ini masih bisa dikutak-katik sesuai selera dan geografis kita tinggal. Mau dibikin rapet atau malah ngangkang. Asal masih dalam kerapatan yang ditoleransi oleh pabrik. Lalu, bagaimana jika terlalu rapet, atau malah terlalu ngangkang? Hmm...

Kerapatan yang dianjurkan pabrikan mulai 0,7 mm hingga 1 mm. You knowlah. Bahwa kerenggangan busi, mempengaruhi power yang dihasilkan mesin. Kan setiap berubah kerenggangannnya, berubah pula kondisi api yang dihasilkan. Materi ini sudah diajarkan di SMK. Jadi, gak usah bahas di sini.

Paling sip, kita akan menguji, berapa power yang dihasilkan kala kerenggangan busi kita ubah. Mulai gap paling sempit, standar pabrik hingga paling lebar. Karakter kerenggangan atau gap busi akan menentukan karakter mesin. Power mesin berada di putaran bawah, tengah,  atas atau malah ga bisa menyala.

Sebagai ÔÇÿkelinciÔÇÖ percobaan, uji busi standar Minerva 150 S keluaran 2012. Masih kinyis-kinyis dan perawan alias belum diobok-obok tangan jail mekanik. Pengetesan menggunakan Dynotest tipe 250i milik Aerospeed yang stay di Jl. H. Nawi Raya No. 74, Jakarta Selatan. Telepon (021) 7201190. Kamsia, ya Bos.


STANDAR PABRIK
Pengetesan diawali dengan gap standar referensi pabrikan. Dengan gap 0,9 mm power bisa mencapai 14,45 HP dan torsi 7, 20 ft.lb. Ini kemampuan maximal yang diberikan busi ketika diseting kerenggangan di 0,9 mm.

Grafik AFR (Air Fuel Ratio) dilihat memang dibikin econo power. Econo power adalah power maksimal yang didapat dengan perbandingan grafik AFR yang paling bagus. Antara 13 : 1 sampai 14 : 1. Dimaksudkan agar mesin awet dan bisa irit bahan bakar.

PALING SEMPIT
Dari beberapa ukuran yang kami coba 0,1 mm adalah gap minimal antara anoda dan ground busi.  Saat motor distarter, sudah terlihat gejala abnormal. Mesin tidak bisa idle alias ndut-ndutan. Kadang idup, tapi lebih sering mati. Untung gak sampe dikubur.

Saat di dino, grafik menunjukkan power bawah mesin naik-turun, tepatnya mulai rpm 6.900. Power mesin pun terkorupsi sekitar 0,10 HP. Dari grafik pengetesan juga terlihat, konsumsi bahan bakar lebih boros. Udah lemot, boros pula.  Rugi dua kali.

RENGGANG
Gap paling ngangkang, kami memilih 1,5 mm. Bisa dibilang cukup reggang dibanding standar pabrik yang hanya 0,9 mm. Angka 1,5 mm berarti 0,6 mm lebih renggang dibanding standar.

Diluar dugaan, motor bisa idle alias langsam. Dan anehnya lagi, power tidak terkorupsi, sebaliknya naik menjadi 10,63 HP dan torsi 7,29 ft.lbs.

Bisa jadi angka power bisa naik karena api busi yang dihasilkan lebih besar. Namun harus ditunjang sistem pengapian yang kuat. Misalnya koil harus punya tegangan cukup tinggi. Kebetulan dalam pengujian menggunakan motor baru. Jadi semua komponen pengapian masih fit.

Tapi, di grafik AFR, kerenggangan 1,5 mm menunjukan motor lebih haus bahan bakar dibanding 2 tes sebelumnya. Bisa dilihat di grafik AFR yang menurun sejak gasingan awal, pertanda motor terlalu kaya bahan bakar.  (motorplus-online.com)