Find Us On Social Media :

Heboh! Gara-gara Ban dan Pelek, Pihak AHM Enggak Berani Jual Honda X-ADV di Indonesia

By Ahmad Ridho, Jumat, 20 April 2018 | 14:19 WIB
Honda X-ADV (Anton/GridOto)

MOTOR Plus-online.com - Pada gelaran otomotif di Kemayoran, Honda meluncurkan beberapa varian motor terbaru.

Salah satunya adalah Honda PCX Hybrid berkelir hitam.

Tapi yang jadi perbicangan hangat adalah sosok Honda X-ADV yang kekar dan macho abis.

Skuter matik besar dengan gaya adventure ini pasti jadi idola dan siapapun yang melihat pasti tertarik memilikinya.

(BACA JUGA: Sadis! Yamaha MX King 150 Lawan Honda Sonic 150, Dibikin Tumbang Dua Kali )

Tapi kenapa Honda X-ADV enggak dijual di Indonesia?

Alasannya ternyata unik, hanya karena ban dan peleknya!

"Ban dan peleknya belum bisa sesuai standar di sini," terang Toshiyuki Inuma, President Director PT Astra Honda Motor.

Inuma melanjutkan, yang belum bisa lolos ternyata karena lebar antara pelek dan bannya tak sesuai dengan standar yang ada Indonesia.

(BACA JUGA: Datang ke Pom Bensin Sambil Telanjang, Ternyata Sekelompok Pemotor Cuma Lakukan Ini)

Inuma pun heran, padahal X-ADV ini bisa lolos dan dijual di Jepang, Eropa dan banyak negara di belahan dunia.

"Aturan di sini sudah tertinggal. Semoga bisa ada revisi, kami akan coba komunikasi dengan kementerian," imbuhnya.

Honda X-ADV (Paultan.org)

Honda X-ADV mendapat respon positif masyarakat dunia dengan gaya adventurenya yang jarang ditemukan pada skuter matik pabrikan.

Motor ini memiliki mesin 750cc 2 silinder segaris dengan transmisi DCT 6 percepatan.

(BACA JUGA: Marc Marquez Akhirnya Jujur Soal Insiden Motor Mati di Argentina, Apa Penyebabnya?)

Gaya adventure touring yang diusung X-ADV terlihat pada kaki-kaki yang kekar yang didukung upside down, ban dengan batikan all-terrain, dan pelek jari-jari.

Windshield dan handguard di bagian bodi menjadi salah satu testamen akan kapabilitas motor ini untuk diajak turing ke medan yang beragam.

Masyarakat Indonesia yang sudah naksir berat terpaksa harus menunggu dulu nih.