Find Us On Social Media :

Heboh Bahaya Sirup Paracetamol Anak-anak, Ternyada Ada Kandungan Pembuat Cairan Radiator

By Hendra,Albi Arangga, Kamis, 20 Oktober 2022 | 11:45 WIB
Ilustrasi cairan radiator motor. (MOTOR Plus-Online)

Kelarutan dan rasa manisnya tersebut kerap disalahgunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol.

“Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” kata Prof. Muchtaridi.

Ketika masuk ke tubuh, senyawa ini mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat.

Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal.

Lebih lanjut Prof. Muchtaridi memaparkan, asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbentuk seperti jarum tajam.

“Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbetuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal. Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” terangnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Oli Mesin, Cairan Ini Juga Harus Diganti Secara Berkala

Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak yang notabene memiliki ukuran ginjal lebih kecil, dampak yang ditimbulkan akan parah.

Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat.

“Yang paling berbahaya ketika kondisi ini terjadi di negara-negara kering. Kondisi dehidrasi akan mempercepat pembentukan asam oksalatnya. Contohnya seperti di Gambia,” imbuhnya.

Karena efek sampingnya yang berbahaya, dietilen glikol dan etilen glikol sebenarnya sudah dilarang ketat penggunaannya dalam obat oleh Food and Drugs Administration (FDA) sejak 1938.

Namun, pada 1998, India mencatat ada kasus sedikitnya 150 anak meninggal dengan penyakit yang sama dalam lima tahun terakhir.

Selain dugaan kandungan etilen glikol pada parasetamol sirup sebagai penyebab ginjal akut misterius pada anak, ada dugaan lainnya yang ditemukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Beberapa dugaan yang muncul adalah dipicu oleh infeksi virus yang ditemukan dalam tubuh pasien, maupun mengarah pada multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem setelah Covid-19.