Find Us On Social Media :

Heboh Bahaya Sirup Paracetamol Anak-anak, Ternyada Ada Kandungan Pembuat Cairan Radiator

By Hendra,Albi Arangga, Kamis, 20 Oktober 2022 | 11:45 WIB
Ilustrasi cairan radiator motor. (MOTOR Plus-Online)

MOTOR Plus-Online.com - Ramai jadi perbincangan masyarakat tentang bahaya sirup paracetamol untuk anak yang ternyata dalam kandungannya terdapat bahan pembuat cairan radiator.

Ada yang menarik di dunia perobatan atau farmasi yang pada akhirnya menjadi perbincangan banyak orang.

Yakni soal sirup paracetamol yang biasa digunakan oleh anak-anak ketika mengalami demam.

Ada rumor yang mengatakan kalau sirup paracetamol sangat berbahaya bagi anak.

Hal ini muncul lantaran muncul fakta kasus kematian pada anak-anak di Gambia, Afrika, akibat mengkonsumsi obat sirup paracetamol saat demam.

Kasus di Gambia, obat paracetamol tersebut diimpor dari India.

Dalam kandungannya, ternyata sirup paracetamol produksi Maiden Pharmaceutical Ltd, India ditemukan senyawa kimia etilen glikol.

Buat yang enggak tahu, senyawa kimia etilen glikol meupakan salah satu kandungan pada kemasan cairan radiator.

Baca Juga: Air Radiator Ada Warna Merah dan Hijau Manakah yang Lebih Bagus Simak Penjelasannya

Pada tahun 2019, Felix Chandra Area Sales Manager, PT Laris Chandra, distributor Prestone menyebutkan kandungan Ethylene Glycol atau etilen glikol (EG) pada cairan radiator itu sangat penting.

"EG ini berfungsi menaikan boiling point (titik didih) dari air radiator atau coolant," buka Felix Chandra.

Seperti kita ketahui, air biasa punya titik didih 100 derajat Celcius.

"Tapi kalau dicampurkan dengan EG ini air radiator jadi mempunyai titik didih sampai 127 derajat Celcius," jelas Felix ketika itu.

Meski produk sirup bikinan India tidak beredar di Indonesia, namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan menelusuri kasus yang baru-baru ini terjadi di Indonesia.

Dilansir dari Kompas.com, saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah penderita gangguan ginjal akut misterius mencapai 206 kasus yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia.

Sebanyak 99 di antaranya meninggal dunia.

Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Baca Juga: 6 Tanda Radiator Motor Bermasalah, Berikut Cara Pemeriksaannya

Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.

Dalam laman Website Universitas Padjadjaran, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. apt. Muchtaridi, PhD, menjelaskan, etilen glikol (EG) dan dietilen glikol merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap disalahgunakan untuk pelarut obat.

Kelarutan dan rasa manisnya tersebut kerap disalahgunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol.

“Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” kata Prof. Muchtaridi.

Ketika masuk ke tubuh, senyawa ini mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat.

Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal.

Lebih lanjut Prof. Muchtaridi memaparkan, asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbentuk seperti jarum tajam.

“Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbetuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal. Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” terangnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Oli Mesin, Cairan Ini Juga Harus Diganti Secara Berkala

Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak yang notabene memiliki ukuran ginjal lebih kecil, dampak yang ditimbulkan akan parah.

Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat.

“Yang paling berbahaya ketika kondisi ini terjadi di negara-negara kering. Kondisi dehidrasi akan mempercepat pembentukan asam oksalatnya. Contohnya seperti di Gambia,” imbuhnya.

Karena efek sampingnya yang berbahaya, dietilen glikol dan etilen glikol sebenarnya sudah dilarang ketat penggunaannya dalam obat oleh Food and Drugs Administration (FDA) sejak 1938.

Namun, pada 1998, India mencatat ada kasus sedikitnya 150 anak meninggal dengan penyakit yang sama dalam lima tahun terakhir.

Selain dugaan kandungan etilen glikol pada parasetamol sirup sebagai penyebab ginjal akut misterius pada anak, ada dugaan lainnya yang ditemukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Beberapa dugaan yang muncul adalah dipicu oleh infeksi virus yang ditemukan dalam tubuh pasien, maupun mengarah pada multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem setelah Covid-19.