Yogyakarta Wajib Pakai Aplikasi MyPertamina Buat Beli Pertalite, Ini Tanggapan Pakar Ekonomi UGM

Aditya Prathama - Rabu, 29 Juni 2022 | 14:10 WIB
IndraGT/MotorPlus
Ilustrasi pembelian pertalite menggunakan Aplikasi MyPertamina

Motor Plus-online.com - Pakar Ekonomi UGM beri tanggapan terkait pembelian pertalite wajib gunakan MyPertamina.

Belum lama ini ramai dibicarakan terkait pengisian bahan bakar pertalite menggunakan Aplikasi MyPertamina.

Uji coba aplikasi tersebut bakal dilaksanakan per 1 Juli 2022 nanti.

Nantinya kebijakan ini akan dilaksanakan di 11 wilayah berbeda, salah satunya mencakup Kota Yogyakarta.

Adapun alasan utama mengapa aplikasi MyPertamina digunakan agar subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) seperti Pertalite dan Solar bisa tepat sasaran.

Mengutip TribunJogja.com Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Fahmy Radhi MBA menjelaskan, tujuan pembatasan melalui MyPertamina memang untuk mengurangi jumlah konsumen yang tidak berhak membeli Pertalite bersubsidi.

"Bagi konsumen yang tidak berhak membeli Pertalite bersubsidi dipaksa untuk migrasi ke Pertamax yang harganya lebih mahal," jelasnya kepada Tribunjogja.com, Selasa (28/6/2022).

Ia melanjutkan, Keuntungan bagi Pertamina, beban untuk menalangi subsidi dan kompensasi BBM semakin kecil.

Baca Juga: YLKI Soroti Risiko Penggunaan Hp di Area SPBU Saat Beli Pertalite Lewat MyPertamina

Demikian juga bagi pemerintah, beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bisa berkurang.

"Hanya, saya tidak yakin pembatasan Pertalite dan Solar akan berhasil menggunakan MyPertamina. Alasannya, tidak semua konsumen menggunakan gadget untuk akses MyPertamina," terangnya.

Kedua, kata dia, tidak semua SPBU punya akses internet, yang dibutuhkan aplikasi MyPertamina.

"Nah, dengan potensi masalah tersebut, pembatasan Pertalite via MyPertamina sebaiknya dibatalkan," terangnya.

Ia melanjutkan, ada potensi rakyat di daerah justru tidak memperoleh subsidi lantaran tidak bisa gunakan MyPertamina disebabkan tidak punya gadget dan tidak ada akses internet.

Dijelaskan Fahmy, beban pemerintah semakin berat terkait persoalan energi bahan bakar minyak.

Bahkan, melalui curhatan Presiden Joko Widodo belum lama ini disampaikan bila kebijakan pemerintah untuk menahan harga BBM semakin berat karena jumlah subsidi yang digelontorkan bukan sekedar besar tetapi sangat besar sekali.

Besaran subsidi tersebut dinilainya bisa dipakai untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) lantaran sudah mencapai angka Rp 502 triliun.

Baca Juga: Kabar Gembira, Uji Coba Beli Pertalite Pakai MyPertamina Belum Berlaku Buat Motor

Membengkaknya beban subsidi tersebut lebih disebabkan oleh meroketnya harga minyak dunia yang menjadi variabel utama pembentuk harga BBM.

"Harga minyak dunia mencapai USD 105 per barrel, sedangkan asumsi ICP (Indonesia Crude Oil) APBN ditetapkan sebesar USD 63 per barrel. Selisih ICP dengan harga minyak dunia itulah yang merupakan subsidi menjadi beban APBN, akibat kebijakan Pemerintah tidak menaikkan harga BBM," ujar Fahmy.

Fahmy juga menilai curhatan Jokowi terkait subsidi dan kompensasi tersebut salah sasaran.

Sebab, terkait subsidi dan kompensasi selama ini dinilainya tidak pernah ada solusi dan hanya berseliweran pada tataran wacana saja.

Padahal, untuk menekan mengelembungnya subsidi dan kompensasi BBM, menurutnya, ada beberapa upaya yang sebenarnya bisa dilakukan.

"Pertama, penetapan harga Pertamax dan Pertamax ke atas diserahkan saja kepada Pertamina untuk menetapkan harganya sesuai harga keekonomian," tegasnya.

Dengan begitu, negara tidak harus membayar kompensasi akibat adanya perbedaan harga ditetapkan dengan harga keekonomian.

"Kedua, tetapkan pembatasan untuk penggunaan Pertalite dan Solar dengan kriteria yang sederhana dan operasional di lapangan," tuturnya.

Baca Juga: 11 Wilayah Beli Pertalite Pakai Aplikasi MyPertamina Per 1 Juli 2022, Begini Cara Daftar

Fahmy menilai, pemerintah perlu menetapkan saja pengguna Pertalite dan Solar hanya untuk sepeda motor dan kendaraan angkutan.

"Ketiga, hapus BBM RON 88 Premium. Alasannya, kendati penggunaan Premium sudah dibatasai hanya di luar Jawa Madura Bali (Jamali), tapi impor dan subsidi Premium masih cukup besar yang juga menambah beban APBN," tuturnya.

Oleh karena itu, sarannya, akan lebih produktif bagi presiden Jokowi untuk mengupayakan subsidi yang lebih tepat sasaran sehingga dapat mengurangi beban APBN.

Dengan menurunkan beban subsidi BBM tentunya dana subsidi tersebut dapat digunakan untuk membiayai pembangunan IKN.

"Upaya itu sesungguhnya pernah dilakukan Jokowi di periode pertama pemerintahannya dengan memangkas subsidi BBM dalam jumlah besar demi membiayai pembangunan infrastruktur," tandas Fahmy.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul "Pakar Ekonomi UGM : Implementasi MyPertamina Bisa Terganjal Koneksi Internet"

Source : TribunJogja.com
Penulis : Aditya Prathama
Editor : Ahmad Ridho




KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular