Dosen ITB Bongkar Biang Kerok Pertalite Boros Setelah Naik Harga Murni Kesalahan Ketika Beli di SPBU

Aong - Minggu, 2 Oktober 2022 | 13:39 WIB
Wartakotalive.com
Terungkap Pertalite boros ternyata karena salah patokan dalam membeli BBM di SPBU

MOTOR Plus-online.com - Masyarakat geger harga Pertalite naik namun konsumsi pemakainnya jadi boros hingga menarik perhatian perguruan tinggi. 

Dosen ITB bongkar biang kerok Pertalite boros setelah naik harga murni kesalahan beli ketika di SPBU dalam patokannya. 

Seperti kita tahu harga Perlite naik jadi Rp 10.000 per liter mulai 3 September 2022.

Namun setelah harga Pertalite naik keluhan jadi boros menggema di media sosial.

Sampai pihak Pertamina sudah memberikan klarifikasi bahwa tidak ada penurunan kualitas Pertalite setelah naik harga.

Katanya kualitas Pertalite yang dijual sekarang sama seperti yang sebelum naik harga.

Akhirnye geger harga Pertalite naik jadi boros dan dianggap cepat menguap dijelaskan doesen ITB.

Tri Yuswidjajanto Zaenuri, ahli Konversi Energi Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) bongkar dugaan penyebabnya.

Baca Juga: Daftar Motor yang Boleh dan Tidak Boleh Isi Pertalite, Motor Kamu Masuk Mana?

Baca Juga: Pertamax Turun Harga Jadi Rp13.900 Per Liter, Harga Pertalite Bagaimana?

Kesalahannya ternyata ketika di SPBU dalam memilih patokan dalam pembelian.

"Tak sedikit kebiasaan pemilik kendaraan beli bensin berdasarkan nominal (patokan) Rupiah, bukan literan," buka Pak Yus, sapaan akrabnya.

Tak sadar, kenaikan harga Pertalite dengan pembelian nominal yang sama tentu mengurangi jumlah literan yang didapat.

Sebelumnya Pertalite dijual Rp 7.650/liter yang sekarang menjadi Rp 10.000/liter.

Contoh biasanya beli Rp 100 ribu dapat 13,07 liter, sekarang hanya 10 liter.

"Karena lebih sedikit dapatnya jadi penggunaan Pertalite terasa lebih boros dari segi jarak tempuh yang bisa dicapai," ujar Pak Yus.

Jauh lebih dalam, Pertalite jadi lebih boros bisa karena BBM itu sendiri.

Salah satu faktor yang berpengaruh perubahan kandungan nilai kalor di dalamnya.

"Nilai kalor menentukan besaran energi densitas per liter yang dihasilkan dari massa jenis bahan bakar," terang Pak Yus.

Baca Juga: Asal Usul Nama Pertalite Ternyata Diadopsi dari Pertamax, Serius Nih?

Nilai kalor bisa berubah dari proses pengolahan minyak mentah di kilang menjadi nafta.

Dalam pembuatan bahan bakar, nafta yang dihasilkan terkadang bisa tinggi atau bisa rendah bergantung dari kualitas minyak mentah.

"Karena spesifikasi nafta hasil produksi kilang berubah-ubah terus, maka setiap parameter spesifikasi bahan bakar dinyatakan dalam batasan minimum dan maksimum," jelas Pak Yus.

Pada Pertalite, batasan rentang massa jenis densitas energi 715 kg/m3 sampai 770 kg/m3.

Ketika massa jenis yang didapat paling rendah, densitas energi yang dihasilkan lebih kecil.

Sehingga energi per liter Pertalite yang dibakar mesin menghasilkan tenaga yang kecil.

Inilah yang membuat konsumsi BBM jadi lebih boros karena untuk tenaga yang setara butuh volume bahan bakar lebih banyak.

Selain dari proses pengolahan, nilai kalor juga bisa berubah akibat suhu udara dan tangki bahan bakar.

"Pengaruhnya ke massa jenis bahan bakar yang menentukan nilai kalor untuk menghasilkan densitas energi," tutur Pak Yus.

Ketika suhu meningkat, massa jenis bahan bakar akan mengembang.

Namun densitas energi yang dihasilkan bisa lebih kecil sehingga energi yang dibakar lebih rendah.

Pak Yus juga melihat isu Pertalite paska kenaikan harga mudah menguap.

"Kalau penguapan rasanya tidak mungkin, kerugian SPBU bisa sangat besar karena sudah ada target minimum volume Pertalite yang dijual harian," kata Pak Yus.

"Jika penguapan berlebih, volume Pertalite yang diterima tidak sebanyak saat diisi ke kendaraan," tandasnya.

Penulis : Aong
Editor : Aong




KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular