MOTOR Plus-online.com - Ramai kabar bahwa bensin paling murah yakni Pertalite akan segera dihapus.
Pertalite jadi dihapus atau tidak tahun ini Pertamina malah fokus jualan bensin baru RON 95.
Sudah beberapa pekan belakangan wacana Pertalite akan dihapus semakin kencang terdengar.
Namun demikian pihak Pertamina masih belum berencana menghilangkan bensin yang dijual Rp 10 ribu per liternya itu.
Saat ini Pertamina malah sedang fokus memperkenalkan dan menjual bensin baru Pertamax Green 95.
Sebelumnya ada kabar kalau Pertalite jika nanti dihapus akan digantikan Pertamax Green 92.
Namun sampai saat ini masih belum ada kepastian apakah Pertalite benar-benar akan dihapus dan digantikan bensin lain.
Dikutip dari kontan.co.id, pemerintah belum akan menghapus Pertalite dan menggantikannya dengan Pertamax Green 95 di tahun ini.
Sejumlah pertimbangannya karena pasokan bahan baku bioetanol jangka panjang hingga kesiapan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Pertalite Akan Dihapus Penggantinya Bensin Baru Harganya Lebih Mahal Rp 3.900 Per Liter
Baca Juga: Tahun Ini Pertalite Akan Diganti Bensin Baru Dijual Rp 10 Ribu Per Liter Pertamina Bilang Begini
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas Saleh Abdurrahman menyatakan belum mengetahui adanya rencana penghapusan Pertalite dan menggantinya ke Pertamax Green 95 pada tahun ini.
“Untuk mengganti RON 90 (Pertalite) ke RON 92 atau RON 95 mesti menghitung aspek harga jual, besaran kompensasi, dan lainnya. Jadi harus disiapkan dengan baik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Terutama jika akan digeser ke Pertamax Green 95, Saleh menilai, pasokan bioetanol jangka panjang harus dipersiapkan dengan matang.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, saat ini Pertamina belum berencana menghapus Pertalite.
“Belum, semua masih dalam kajian. Terkait Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) kewenangannya ada di pemerintah,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Yang terang, di tahun ini Pertamina Patra Niaga akan fokus meningaktkan penjualan Pertamax Green 95 dengan menambah jumlah SPBU yang akan melayani penyaluran.
Namun sayang, hal ini belum bisa dibeberkan secara terperinci oleh Irto karena masih dalam proses peninjauan.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menegaskan, pencampuran etanol untuk seluruh jenis BBM masih lama diterapkan karena rantai pasok bahan bakunya belum siap.
“Bioetanol ini kita belum siap rantai pasoknya di hulu. Jadi menurut saya tidak bisa cepat seperti biodiesel karena kalau harus impor akan tambah biaya dan tinggi harganya,” ujar Tutuka ditemui di Gedung Kementerian ESDM, belum lama ini.
Baca Juga: Fakta Diungkap Kolektor Uang Koin Langka Ini Laku Rp 10 Juta Bisa Buat DP Yamaha NMAX
Menurutnya sejauh ini BBM campuran etanol masih terus diuji coba secara teknis dan komersial. Sehingga penerapan masif masih memerlukan waktu.
Satu kunci penting dalam pengembangan BBM campuran etanol adalah pasokan bahan baku yang berkelanjutan dan tidak mengganggu suplai untuk kebutuhan lainnya semisal tebu untuk pangan.
Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Edi Wibowo menjelaskan ketersediaan fuel grade ethanol (FGE) nasional saat ini baru sejumlah 40 kilo liter per-tahun.
Masih jauh untuk memenuhi kebutuhan pencampuran bioetanol (E5) secara nasional.
Berdasarkan peta jalan pengembangan bioetanol berbasis tebu, diperkirakan pada tahun 2026 ketersediaan FGE akan semakin meningkat menjadi 623.000 kL per tahun.
Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan BBN, pemerintah akan meningkatkan ketersediaan bioetanol melalui Perpres No. 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel), di mana ditargetkan pada tahun 2030 akan tersedia FGE sebesar 1.2 juta kL.
“Namun jumlah ini pun belum mencukupi untuk pencampuran E5 dengan semua jenis gasoline,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Pencampuran etanol secara masif ke BBM diakui Edi tetap mempertimbangkan kesiapan infrastruktur dan penerimaan masyarakat.
Mengingat Pemerintah belum berencana untuk memberikan subsidi atas kenaikan harga bensin akibat dicampurkannya bioetanol ke dalam bensin.
Dalam kondisi normal, harga bioetanol lebih tinggi dari harga bensin.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR