Find Us On Social Media :

Fakta Ilmiah dengan 2 Langkah Oli Bekas bisa Jadi Oli Baru

By Motorplus, Kamis, 8 Juni 2017 | 11:15 WIB

Oli bekas akan menjadi menjadi oli baru atau yang disebut oli daur ulang.

Ada dua fakta ilmiah proses oli daur ulang yang mengubah oli bekas jadi oli baru.

Komposisi oli atau pelumas yang beredar di pasar terdiri dari base oil atau oli dasar plus aditif.

Base oil diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan disempurnakan.

(BACA JUGA: Terbongkar Buat Apa Oli Bekas Ditampung Lagi)

Sedangkan aditif ada bermacam-macam sesuai dengan peruntukkannya, misal, detergent yang berfungsi untuk pembersihan.

Di pasaran, merek oli jumlahnya banyak. Semuanya tentu menawarkan kelebihan.

Jika ditelisik lebih dalam, di beberapa merek pelumas seperti Agip, Pennzoil, dan Evalube secara terang-terangan menyebutkan base oil mereka merupakan recycle alias daur ulang.

Jadi pertanyaan banyak pihak, apakah kualitas oli yang diproduksi dengan proses daur ulang ini lebih buruk dari oli dasar yang diambil dari dalam perut bumi?

Untuk mengetahuinya MOTOR Plus mencoba menanyakan kepada ahli pelumasan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri.

“Untuk menghasilkan base oil dari oli bekas ada proses yang dinamakan refinery. Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk menghasilkan base oil dari oli daur ulang ini,” kata dosen Fakultas Teknik Mesin ITB ini.


1. Preflash atau reduksi

Preflash atau reduksi  menghilangkan kadar air yang ada di alam oli.

“Dalam oli bekas banyak terkandung air dan additif. Baik itu yang berupa logam maupun non logam,” pasti Dr. Ir. Tri Yus lebih lanjut.

Dengan proses destilasi bertingkat maka kandungan gas yang terdapat di dalam oli bekas dihilangkan.

2. HDF atau hydrofinishing

“Lalu proses berikut HDF atau hydrofinishing sehingga menghasilkan base oil. Bahasa sederhananya semua kandungan selain base oil yang terdiri dari aditif dan air serta gram dihilangkan,” tegas Tri Yus lagi.

Antara base oil hasil daur ulang dan virgin base oil (VBO) atau base oil dari perut bumi berbeda panjang rantai hidrocarbon (HC).

“Yang daur ulang lebih pendek HC-nya dari VBO,” katanya.

Efek dari HC yang pendek, titik didihnya menjadi lebih rendah sehingga akan lebih mudah menguap.

“Namun, sebenarnya konsumen tidak perlu khawatir. Sebab, base oil hasil daur ulang dalam sebuah pelumas juga tidak besar. Umumnya dicampur dengan VBO. Persentasenya sekitar 70:30. Base oil daur ulang hanya 30 persen. Jadi, kualitas yang dihasilkan oleh pelumas dari recycle tetap aman untuk digunakan,” yakin dosen yang berkantor di Jl. Ganesha, No. 10, Bandung itu.

Selain itu juga, penggunaan oli daur ulang ini masih dalam rangka menjaga kelestarian alam. Diyakini lebih green alias ramah lingkungan. (www.motorplus-online.com)