Find Us On Social Media :

Masih Nekat Masukin Kapur Barus ke Tangki Motor Buat Naikin Oktan? Ternyata Efeknya Ngeri Banget

By Ahmad Ridho, Sabtu, 13 Oktober 2018 | 08:42 WIB
Kapur barus dicampur bensin (Motorplus.gridoto.com)

MOTOR Plus-online.com - Kapur barus atau lebih dikenal kamper untuk pengharum pakaian ternyata bisa menaikan oktan bensin.

Zaman dulu mencampur kapur barus ke bahan bakar untuk menaikan nilai oktan bahan bakar sering dilakukan.

Namun, sepertinya belakangan sudah jarang yang menggunakan cara ini.

Tentu ada alasan kenapa cara ini mulai ditinggalkan.

(BACA JUGA: Baru Tahu, Ternyata Bensin Khusus Motor MotoGP Ada 2 Macam, Ini Dia Spesifikasinya)

“Kapur barus memang dulu digunakan sebagai additive untuk menaikan oktan bahan bakar jenis gasoline, yang beroktan rendah,” ucap Cecep Rusdi, yang menjabat IH Assessor Environmental Division di salah satu perusahaan bidang sertifikasi, inspeksi, konsultasi dan laboratorium di Jakarta.

Mulai ditinggalkan karena memang penggunaan kapur barus ini sudah tidak optimal dalam mengangkat nilai oktan.

Kandungan napthelene pada kapur barus, hanya beroktan 90.

Makanya dulu sering digunakan pada bahan bakar beroktan 88 seperti jenis Premium.

(BACA JUGA: Demi Bisa Berlaga di MotoGP Jepang, Ini yang Dilakukan Jorge Lorenzo)

Namun, seperti yang kita tahu kalau masyarakat sekarang sendiri jarang menggunakan Premium untuk kendaraan pribadi.

Minimal mereka sudah menggunakan bensin jenis Pertalite yang beroktan 90.

Makanya, Pertalite yang sudah punya nilai oktan 90 angka oktannya tidak akan terangkat efektif jika menggunakan kapur barus.

Karena kapur barus sendiri punya nilai oktan yang sama.

(BACA JUGA: Intip Motor-motor Bekas Harley-Davidson, Banyak Pilihan Harganya Bikin Melongo)

Cecep Rusdi juga menjelaskan kalau pencampuran kapur barus dalam bahan bakar bisa berbahaya bagi kesehatan.

Walaupun naphthalene bisa terbakar dalam ruang bakar, namun pada pengujian emisi, kadar HC sering muncul.

Itu membuktikan kalau naphthalene tidak terbakar sempurna.

Efek kesehatan pada tingkat akut (jangka pendek), dapat menyebabkan neurotoxic, seperti vertigo, gastrointestal distress dan hepatic.

Bila terkena mata, bisa menyebabkan katarak.