Find Us On Social Media :

Gerah Harga Pertamax Naik Jadi Rp 12.500 Digoreng Terus, Bos Pertamina Kasih Komentar Menohok

By Ahmad Ridho, Jumat, 8 April 2022 | 13:12 WIB
Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Nicke Widyawati komentar menohok terkait kenaikan harga Pertamax jadi Rp 12.500. (KOMPAS.com/Hendra Cipto)

MOTOR Plus-online.com - Kesal harga Pertamax naik jadi Rp 12.500 digoreng terus menerus, bos Pertamina langsung komentar menohok.

Kenaikan harga Pertamax per tanggal 1 April 2022 lalu masih jadi omongan sampai sekarang.

Pertamax yang semula harganya Rp 9.000 melonjak jadi Rp 12.500.

Kenaikan harga Pertamax jadi Rp 12.500 sampai sekarang masih digoreng habis sampai akhirnya bos Pertamina kasih komentar menohok.

Pasalnya kenaikan harga Pertamax seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia 100 dollar AS per barrel.

Karena gerah terus menerus dibahas terkait kenaikan harga Pertamax, bos Pertamina langsung bereaksi.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjawab berbagai kritik terkait kenaikan harga BBM jenis Pertamax, dari sebelumnya Rp 9.200 menjadi Rp 12.500 per liternya.

Pertamina, kata Nicke, terpaksa menaikkan harga Pertamax untuk menghindari kerugian akibat lonjakan harga minyak mentah dunia imbas konflik bersenjata di Ukraina.

Baca Juga: Tenang Tetap Bisa Mudik Walau Belum Vaksin Asalkan Siapkan Uang Segini untuk Persyaratan Perjalanan

Ia juga heran, Pertamina sampai dihujani kritik bertubi-tubi karena perkara harga Pertamax, padahal para kompetitor Pertamina juga melakukan hal serupa karena turut menaikkan harga BBM yang dijualnya di Indonesia.

"Pertamina naiknya Pertamax itu Rp 12.500 dan untuk itu Pertamina itu mensubsidi Rp 3.500 per liter," kata Nicke dikutip pada Kamis (7/4/2022).

"Perusahaan lain, kompetitornya Pertamina naik Rp 16.000, pada ribut enggak? Sama loh itu RON 92," sambungnya.

Harga bensin pesaing sebesar Rp 16.000 per liter yang disinggung Nicke Widyawati bisa jadi merujuk pada harga BBM yang dijual SPBU Shell.

Sebagaimana diketahui, PT Shell Indonesia kembali menaikkan harga BBM terhitung sejak Sabtu, 2 April 2022.

Berdasarkan data dari situs resmi Shell Indonesia, kenaikkan harga terjadi pada seluruh jenis BBM perusahaan pemasok BBM itu.

Untuk jenis bensin RON 92, Shell Super, mengalami kenaikkan sebesar Rp 3.010 per liter, dari Rp 13.990 per liter menjadi Rp 16.000 per liter.

Kemudian, bensin dengan RON 95, Shell V-Power, naik sebesar Rp 2.000 per liter, dari Rp 14.500 per liter menjadi Rp 16.500 per liter.

Baca Juga: Setelah Harga Bensin Pertamax Naik, Pertalite Susah Dicari, Ini Temuan Lainnya

Lalu, untuk bensin dengan RON 98, Shell V-Power Nitro+, harganya naik Rp 3.050 per liter, dari Rp 14.990 per liter menjadi Rp 18.040 per liter.

Sementara itu, BBM jenis solar, Shell V-Power Diesel, mengalami kenaikkan harga paling tinggi, yakni sebesar Rp 4.350 per liter, dari Rp 13.750 per liter menjadi Rp 18.100 per liter.

Harga Shell Extra Diesel yang hanya tersedia di Jawa Timur dan Sumatera Utara diperdagangkan di harga Rp 17.500 per liter.

Asal tahu saja, sebelumnya Shell telah melakukan penyesuaian harga BBM, seiring dengan terus melesatnya harga minyak mentah dunia, imbas dari perang antara Rusia dan Ukraina.

Penjelasan Luhut

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling lambat menaikkan harga BBM.

"Kenaikan kemarin sudah kita putuskan rapat di Istana, hari ini kita kan sudah naik Pertamax ya pada 1 April," kata Luhut dilansir dari Antara.

"Tapi, saya ingin tekankan, seluruh dunia, kemarin paparan saya kepada Presiden, memang kita yang paling lambat menaikkan," katanya lagi.

Luhut menjelaskan sudah banyak negara menaikkan harga BBM akibat kelangkaan minyak mentah (crude oil) sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina dan kelangkaan minyak nabati.

Baca Juga: Nicke Widyawati Bos Pertamina Terpilih Jadi Wanita Paling Berpengaruh di Dunia

"Memang kelangkaan crude oil karena perang Ukraina dengan Rusia, kemudian kelangkaan juga sekarang sun flower karena tidak ekspor dan impor dari Ukraina dan sanksi (kepada Rusia) itu tadi membuat ini bermasalah," katanya.

Luhut mengatakan Indonesia masih beruntung karena bisa mengelola ekonomi dengan lebih baik sehingga dampak konflik kedua negara tersebut tidak terlalu besar.

Namun, ia mengakui pilihan untuk menaikkan harga Pertamax harus dilakukan lantaran asumsi harga minyak dunia dalam APBN sudah sangat jauh dengan harga minyak di lapangan.

"Karena kalau tidak (naikkan) harga asumsi crude oil 63 dollar AS di APBN, sekarang ini sudah 98 atau 100 dollar AS. Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas," jelasnya.

Luhut memastikan pemerintah terus berupaya melakukan upaya untuk bisa menekan harga BBM di dalam negeri.

Upaya efisiensi pun dilakukan termasuk dengan pemakaian mobil listrik.

"Jadi nanti mobil listrik ini kita dorong karena itu juga menghemat penggunaan fuel (BBM) ke depan," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bos Pertamina: Pertamax Cuma Rp 12.500, Kompetitor Rp 16.000, Pada Ribut Enggak?