Modifikasi Yamaha Scorpio. Flat Tracker Photographer Yang Digarap Lambat Tapi Tetap Fokus

Motorplus - Kamis, 4 September 2014 | 16:13 WIB

Modifikasi sebaiknya dilakukan perlahan. Jangan buru-buru, daripada hasilnya mengecewakan. Ini yang menjadi pegangan Ayub Waskita dalam membangun tunggangannya. Yamaha Scorpio lansiran tahun 2002 yang baru dibawa ke garasinya setahun lalu, akhirnya rampung.

Pria yang profesinya sebagai photographer ini gemar modifikasi aliran jantan. “Awalnya main road race, drag race, sampai grasstrack,” bukanya ramah.

Belum puas dengan tunggangan beraliran supermoto, ia kembali mencoba memuaskan hasrat modifikasi dengan mengikuti virus masa kini. Alhasil, Scorpio miliknya dirombak jadi flat tracker.

Di negeri asalnya, flat tracker digunakan untuk balap lintasan. Tipikal trek lingkaran membutuhkan keahlian khusus dalam mengendarainya. Meski belok ke kiri, setang diarahkan ke kanan. Biar luapan tenaga yang mengarahkan roda belakang guna memangkas lap time.

Sejatinya, aliran kustom bike membebaskan konsep keseluruhan pada kreativitas pemiliknya. Tidak ada pakem pasti, hanya garis besar tema yang jadi ciri.

Arena Motor di kawasan Ciledug, Tangerang, ia percayakan untuk menyulap tunggangannya. Si pio (panggilan Scorpio-nya) ditelanjangi. Bagian rangka, mesin, dan bodi memenuhi pojokkan gudang. Kemudian, acara ‘mutilasi’ pun dimulai. Sub frame dipotong agar dimensinya lebih pendek, khas aliran tracker.

“Sebenarnya lebih enak sudut bagian tengah rangka diperkecil. Tapi, agar menjaga handling tetap stabil akhirnya dipertahankan,” tuturnya.

Peredam kejut milik Suzuki GSX-R 400 dijejalkan guna kenyamanan. Dibagian belakang, monosok bawaan harus mengalah dengan tipe dual sok supaya serasi dengan lengan ayun kustom. Kejar tampilan klasik!

Agar memperkokoh tampilan, kaki-kaki dijejalkan dengan piranti besar. “Ada part nganggur di rumah, bekas supermoto yang enggak jadi dipakai,” kekeh Ayub sambil nyeruput kopi dan bilang satu set tromol Kawasaki KLX digunakan sebagai pegangan jari-jari peleknya.

Beralih ke bagian mesin, pria ini paham dengan konsekuensi modifikasi. Ketika kaki-kaki diperbesar, maka dapur pacu harus disesuaikan. Tak mau ambil resiko, satu bendel mesin 225 cc ia sodorkan pada bengkel langgangannya sejak main adu kecepatan dahulu. Bengkel Bellka di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, jadi pelabuhan buat menjaga performa harian.

Terakhir, urusan tampilan. Rumah modifikasi milik Tomi Gunawan kena giliran. Tomi Airbrush yang buka gerai di kawasan Duri Kepa, Jakarta Barat, melabur bodi kustom Pio dengan cat rusty effect. Meski melakukan proses pengecatan, tapi hasil akhirnya mirip dengan warna besi karat. “Pernish ikut dilabur biar tampilan mengkilap,” jelas Ayub.

Setali tiga uang, pengerjaan rombak tunggangan yang dilakukan di beda rumah modifikasi, tetap menghasilkan konsep serasi. Perencanaan matang, pengerjaan sabar tak mengejar tenggat waktu, pasti hasilnya tidak mengecewakan. Salut bro! (www.motorplus-online.com)

Penulis : Motorplus
Editor : Motorplus




KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular