Mesin Euro 3 Setelah Ganti Knalpot

Motorplus - Rabu, 18 Maret 2015 | 11:30 WIB

Motor produksi sekarang sudah standar Euro 3. Bagaimana mesin Euro 3 setelah ganti knalpot? Sebelum bahas tuntas mesin Euro 3 setelah ganti knalpot, sebelumnya kita wajib paham dulu apa itu standarisasi EURO.

EURO merupakan standarisasi yang ditetapkan negara-negara Uni Eropa (EU) bersangkutan regulasi ambang batas emisi gas buang CO (Carbon Monoxide), HC (Hidro Carbon) dan NOx (Nitrogen Oxide) pada sebuah kendaraan bermotor. Standarisasi ini dimulai sekitar 1993, dengan step EURO 1. Tentu tujuannya supaya polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor bisa lebih ramah lingkungan. Hingga sampai ke EURO 5 di tahun 2008. Namun, karena di Indonesia kualitas bahan bakar belum bisa mendukung stndar EURO 5, jadi saat ini masih pake EURO 3.

Dengan standar EURO 3 yang diterapkan Indonesia per 2015 ini, tentunya ini berpengaruh terhadap setingan mesin setiap pabrikan. Pasalnya, semua motor wajib menghasilkan polusi sesuai EURO 3. Misalnya, motor yang memiliki kapasitas di atas 150 cc ke atas CO (2,0 g/km), HC (0,3 g/km) dan NOx (0,15 g/km).

“Untuk mencapai standar EURO 3, motor disetingan mesin makin lean. Misalnya, di Yamaha YZF-R25 yang mesinnya sudah EURO 3. Air fuel ratio (AFR) dibikin 14,7 : 1,” terang Muhammad Abidin, General Manager After Sales Service Division & Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor Mfg (YIMM).

Lean maksudnya, setingan bahan bakar dibuat agak miskin, tapi bukan miskin enggak punya duit. Lean ini, artinya perbandingan udara lebih banyak dari bahan bakar. Nah saat mesin Euro 3 setelah ganti knalpot, AFR-nya akan makin lean lagi. Angka perbandingan udaranya jadi makin besar. Naik sekitar 2-3 poin.

Ini semua terjadi bukan di motor Yamaha. Tapi, juga Honda, Suzuki, Kawasaki dan lainnya yang sudah menggusung standar EURO 3. “Dengan makin miskin AFR yang dibakar oleh mesin, maka panas yang dihasilkan juga bakal lebih besar. Makanya, saat ganti knalpot, motor dengan standar EURO 3 akan lebih cepat panas. Juga pastinya nembak-nembak,” tambah Tomy Huang, bos Bintang Racing Team (BRT) itu.

Rewel? Enggak juga kok, kan masih ada solusinya. Tinggal seting kembali AFR pakai piggyback atau electronic control unit (ECU) aftermarket yang bisa dimapping ulang. Lalu sesuaikan AFR-nya direntang yang aman! Ya namanya juga sudah di konsumen, biar aman bisa juga diseting 13 : 1. Bisa lebih adem deh tuh motor! (www.motorplus-online.com)

Penulis : Motorplus
Editor : Motorplus




KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular