Akhirnya Terungkap soal Pertalite Berubah Warna dan Penyebab Bensin Jadi Makin Boros

Ahmad Ridho - Kamis, 13 Oktober 2022 | 17:17 WIB
Facebook Sam Makarna
Terjawab sudah kabar kalau Pertalite berubah warna dan jadi lebih boros setelah harganya naik jadi Rp 10.000 per liter.

MOTOR Plus-online.com - Penyebab warna Pertalite berubah sudah terungkap dan kenapa bensin jadi makin boros sekarang.

Belakangan ramai kalau informasi di media sosial soal perubahan warna Pertalite setelah naik harga.

Selain itu, Pertalite juga diduga jadi makin boros.

Saat bersamaan muncul juga kabar bahwa warna Pertalite setelah adanya kebijakan kenaikan harga menjadi lebih bening dibanding warna sebelumnya hijau tua.

Banyak pemilik kendaraan mengeluh setelah harga Pertalite naik pemakaian BBM kendaraan malah jadi boros.

Pertamina pun mengadakan uji spesifikasi terhadap Pertalite.

Pertamina mengakui warna Pertalite mengalami perubahan, tapi soal isu pemakaian Pertalite menjadi boros adalah tidak benar.

Uji spesifikasi BBM ini dilakukan Pertamina untuk membuktikan kabar yang beredar di masyarakat.

Baca Juga: Viral Pengendara Motor Yamaha Soul GT Beli Pertalite Rp 269 Ribu, Ada Apa Dengan Tangkinya?

Pertamina memastikan spesifikasi dan standart BBM sebelum sampai ke tangan masyarakat.

Uji spesifikasi BBM ini dilakukan melalui proses quality control BBM.

Dilansir dari Antara, Pertamina juga melakukan uji spesifikasi BBM jenis Pertalite dengan metode destilasi di Laboratorium Pertamina di Integrated Terminal Plumpang, Jakarta Utara, Selasa (27/9/2022).

Uji ini dilakukan untuk menjawab adanya isu Pertalite yang dianggap lebih boros dan warnanya pun berubah.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan bahwa perubahan warna pada BBM itu tidak berpengaruh terhadap performa atau spesifikasi dari BBM.

Selain melalukan pengujian destilasi, Pertamina juga melakukan proses quality control untuk memastikan bahwa produknya memenuhi standart dan tidak mengalami penurunan spesifikasi.

Adapun proses quality control ini tidak hanya dilakukan saat munculnya isu tersebut. Melainkan dilakukan secara rutin.

Tribunnews.com/Hendra Gunawan
Foto ilustrasi motor isi bensin. Harga Pertamina memastikan spesifikasi dan standart BBM sebelum sampai ke tangan masyarakat.

"Tentu (quality control dilakukan secara rutin), tutur Irto, saat dihubungi oleh Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga: Harga Pertalite Bakal Naik Lagi, Rumor Kualitas Makin Boros Belum Tuntas

"Ini quality control yang sudah berjalan selama ini," jelasnya.

Proses quality control BBM itu dilakukan sejak produk BBM masuk ke tangki timbun di Fuel Terminal (TBBM) hingga tepat sebelum disalurkan menuju SPBU.

"Proses quality control sebuah produk BBM sebelum bisa dinyatakan layak didistribusikan menuju SPBU ini dimulai dari saat produk tersebut disuplai dari kilang atau impor, saat penyimpanan, hingga sebelum disalurkan ke SPBU," terang Irto, dilansir dari laman Pertamina.

Sebelum produk BBM bisa masuk ke tangki timbun di Fuel Terminal, Pertamina terlebih dahulu memastikan produk BBM yang disuplai memiliki certificate of quality.

Kemudian, produk BBM yang disuplai lewat pipa akan diuji speknya selama pemompaan ke tanki timbun. Saat proses suplai melalui kapal juga dilakukan pengujian kelayakan.

"Ini adalah tahap awal. Jadi sebelum sebuah produk BBM bisa benar-benar masuk ke tangki timbun, sudah ada beberapa proses quality control," tutur Irto.

Saat penyimpanan di tangki timbun, proses quality control juga tetap dilakukan secara periodik.

Produk BBM secara berkala diuji tepat setelah proses pemompaan baik dari pipa kilang atau impor hingga sebelum disalurkan ke mobil tangki.

Baca Juga: Fakta Hasil Uji Lemigas Soal Kabar Pertalite Boros dan Cepat Menguap

Sebelum mobil tangki dapat keluar dari Fuel Terminal BBM dan menuju SPBU tujuannya, produk BBM akan kembali diuji di pintu keluar.

Kemudian Pertamina Patra Niaga juga melakukan pengecekan sebelum proses bongkar BBM dari mobil tanki hingga setelah seluruh produk BBM sudah tersalurkan ke tanki pendam SPBU.

Dari tiap-tiap proses quality control di atas, akan diketahui apakah produk BBM itu lolos uji atau tidak. Jika lolos uji quality control, maka produk akan dijual kepada masyarakat.

Sebaliknya, jika sampel yang digunakan terbukti tidak layak, produk tidak akan bisa keluar dari Terminal BBM.

"Di SPBU ini juga ada pengecekan, jika ada yang dirasa tidak sesuai spesifikasi, produk BBM tersebut akan diuji sample lagi di Fuel Terminal, tidak akan dijual," ungkap Irto.

Oleh karena itu, Pertamina mengimbau agar masyarakat tidak khawatir terhadap spesifikasi BBM.

"Pertamina berkomitmen seluruh produk BBM yang dijual di lembaga penyalur resminya sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan," tandas Irto.

Sementara itu, sejumlah ahli menyampaikan dugaan penyebab Pertalite yang dianggap semakin boros.

Baca Juga: Kualitas Pertalite Dianggap di Bawah Premium Pihak SPBU Vivo akan Rilis Bensin RON 90 Mana yang Bagus

Diberitakan Kompas.com (25/9/2022), Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgandara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswisjajanto menjelaskan, penurunan kualitas Pertalite kemungkinan bisa terjadi karena massa jenis yang berubah.

Faktor massa jenis ini mencerminkan energi per liter bahan bakar.

Jika masa masa jenisnya turun, maka energi yang diperoleh per liternya juga sedikit meskipun uang yang dibayarkan sama seperti sebelumnya.

Menurut Tri, terdapat beberapa faktor penyebab turunnya massa jenis BBM ini, mulai dari kondisi crude oil yang menurun secara alami hingga adanya kesalahan saat proses pengolahan.

Di sisi lain, dugaan penyebab Pertalite yang semakin boros juga bisa dipengaruhi oleh peralihan konsumsi BBM.

Kendaraan yang sebelumnya menggunakan Pertamax dan beralih ke Pertalite memang akan terasa lebih boros.

Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady menuturkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh nilai kalor dan oktan.

Apabila pemilik kendaraan biasa menggunakan BBM dengan nilai oktan tinggi dan beralih ke BBM dengan nilai oktan rendah, maka akan menimbulkan masalah, seperti auto ignition, bahkan knocking.

Baca Juga: Mutu Pertalite Dipertanyakan Bolehkan Dicampur dengan Pertamax Resikonya Dijelaskan Dosen Otomotif

"Nah auto ignition dan knocking ini membuat tenaga mesin drop," jelas Jaya.

"Sehingga untuk mendapatkan power yang sama dengan power BBM Pertamax sangat wajar oktan yang rendah akan lebih boros," tandasnya.

Cara Tes Pertalite Boros atau Irit

Ahli menyebut masyarakat bisa menguji apakah konsumsi Pertalite dan BBM lain lebih boros atau irit.

Seperti yang disampaikan Ahli Konversi Energi Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri.

"Kalau hanya untuk konsumsi BBM, bisa uji di jalan, tapi harus kecepatan konstan dengan metode pengisuan BBM full to full di dispencer yg sama di SPBU yg sama," jelasnya, Rabu (5/10/2022).

Ia menjelaskan, arti metode full to full memenuhi bensin sampai batas tertentu yang terlihat.

Setelah selesai pengujian, bensin dipenuhi lagi sampai penuh hingga tanda batas semula.

Selain metode full to full, ia mengatkaan pengujian konsumsi BBM Pertalite atau lainnya juga melalyu chassis dyno.

"Bisa juga uji di atas chassis dyno pada putaran mesin yg sama, selama waktu yg sama, juga menggunakan prinsip full to full," tuturnya.

Pria dengan sapaan akrab Pak Yus tersebut membeberkan kelebihan dan kekurangan kedua metode tersebut.

"Di jalan banyak gangguan, jadi sulit untuk mendapatkan kondisi kecepatan konstan. Selain itu, untuk mendapatkan kondisi pengulangan yang sama menjadi sulit," terang Yus.

"Di dyno tentu beban yang ada tidak seperti di jalan, karena roda hanya memutar roller yang mulus, tidak ada hambatan udara, dll. Tetapi untuk mendapatkan kondisi pengulangan yang sama relatif mudah," tukas pria berkacamata itu.

Faktor BBM Kendaraan Cepat Habis

Abdul Malik, mekanik Rumah Ban Motor, mengungkapkan pemakaian Pertalite boros bisa jadi karena faktor tertentu.

Menurutnya, kondisi ban juga bisa jadi biang kerok boros atau tidaknya konsumsi BBM motor.

"Tekanan angin ban yang kurang dari anjuran bisa membuat konsumsi bensin motor jadi boros," ucap Malik.

Malik menambahkan, khususnya pada tekanan angin ban motor yang kurang.

Tekanan angin ban yang kurang dari anjuran bisa membuat konsumsi bensin motor jadi boros

Ini menyebabkan tapak ban yang bersentuhan dengan aspal jadi semakin besar.

"Ketika diisi beban (pengendara dan barang) tapak yang bersentuhan ke aspal jadi lebih banyak," ujar Malik.

"Selain bikin laju motor jadi berat, tekanan angin ban yang kurang juga bikin konsumsi bensin jadi lebih boros," lanjutnya, saat ditemui di Jalan Lebak Bulus 3 No.2B, Cilandak, Jakarta Selatan.

Nah, biar laju motor tetap ringan dan konsumsi bensin tidak boros ternyata ada triknya.

Malik menyarankan untuk tetap jaga tekanan angin pada ban motor.

Jangan lupa minimal periksa tekanan angin ban motor setiap seminggu sekali.

Pabrikan sendiri sudah memberikan informasi mengenai anjuran tekanan ban ideal di motor menggunakan stiker.

Selain faktor ban motor, ternyata busi bisa juga jadi salah satu penyebab konsumsi bensin di motor jadi boros loh.

"Cuma gara-gara kalian malas ganti busi, bensin bisa jadi lebih boros," ujar Diko Oktaviano selaku Technical Support Product Knowledge PT NGK Busi Indonesia.

"Soalnya, elektroda di busi seiring pemakaian akan mengalami kausan yang bikin penurunan performa busi dan pembakaran jadi kurang maksimal," lanjutnya.

Pembakaran mesin yang kurang maksimal ini disebabkan karena daya ledak busi yang menurun.

"Efeknya pasti konsumsi bensin jadi lebih boros karena proses pembakaran yang terjadi tidak maksimal," lanjutnya lagi.

"Selain itu, busi yang lama tidak diganti bisa bikin penumpukan kerak karbon di area mesin. Jadi nanti bisa terjadi pembakaran dini yang berefek menurunnya performa dan boros bensin," jelasnya.

Jadi, busi yang kotor memang jadi salah satu penyebab mesin motor semakin boros bahan bakar.

Kalau brother ingin kinerja mesin tetap optimal dan konsumsi bensin enggak boros, ganti busi motor secara berkala.

"Busi disarankan ganti setiap kelipatan 6-8 ribu km pemakaian. Jangan tunggu sampai busi mati baru diganti," tutup Diko.

Dua faktor ini bisa menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros selain perkara mesin dan gaya berkendara.

Source : Bangka Tribunnews
Penulis : Ahmad Ridho
Editor : Ahmad Ridho




KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular