Find Us On Social Media :

Terungkap.. Ternyata Begini Sejarah Asal Mula Tradisi Mudik di Indonesia

By Mohammad Nurul Hidayah, Kamis, 7 Juni 2018 | 16:07 WIB
Ilustrasi foto suasana mudik lebaran (Kompas)

MOTOR Plus-online.com - Setiap hari raya Idul Fitri masyarakat di Indonesia sudah melekat dengan tradisi mudik.

Setiap orang yang mudik pasti ingin melepas kerinduan dan berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.

Ternyata sebelum mudik pada masa Lebaran, mudik sudah ada sejak dulu lho.

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengungkapkan, mudik sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.

(BACA JUGA : Banyak yang Salah, Begini Cara Menghitung Denda Telat Pajak Kendaraan)

"Awalnya, mudik tidak diketahui kapan. Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam," Silverio saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/5/2018) siang.

Dulu, wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

Oleh sebab itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasannya.

Suatu ketika, pejabat itu kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya.

(BACA JUGA : Jorge Lorenzo Bisa Sukses di Honda Kalau Bawa Orang Ini )

Lalu ini dikaitkan dengan fenomena mudik zaman sekarang.

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," ujarnya.

Mudik Lebaran (nasional.kompas.com)

Selain itu istilah mudik baru terkenal pada tahun 1970-an.

Mudik merupakan sebuah budaya atau tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halaman.

(BACA JUGA : Kok Gitu.. Dovizioso Senang Marquez Jatuh di Italia, Apa Hubungannya dengan Lorenzo ke Honda?)

Mereka biasanya kembali ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga.

"Mudik menurut orang Jawa itu kan dari kata Mulih Disik yang bisa diartikan pulang dulu. Hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah mereka menggelandang (merantau)," ujar Silverio.

Selain itu, masyarakat Betawi juga mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik" atau kembali ke kampung.

Selain berkunjung ke keluarga, para perantau juga melakukan ziarah ke makam sanak keluarganya.

(BACA JUGA : Enggak Usah Bingung, Ternyata Ini yang Bikin Susah Oper Gigi di Motor)

Berbeda dengan zaman dahulu, mudik yang sekarang dilakukan untuk menunjukkan eksistensi selama di perantauan.

Para perantau ingin membawa sesuatu yang membanggakan diri dan keluarganya.

Kalau zaman dahulu mudik dilakukan secara natural untuk mengunjungi keluarga.

"Pada era ini kebanyakan pemudik memaksakan diri untuk tampil sebaik mungkin, cenderung wah," kata Silviero.

Kalau menurut sobat GridOto.com apa sih arti mudik buat kalian?

 

Ingat!!! Bahu jalan seharusnya digunakan untuk kendaraan rusak, ataupun digunakan oleh kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran, atau polisi. Bukan sebagai tempat istirahat, bahkan berswafoto. Namun jika terpaksa berhenti di bahu jalan diharapkan menggunakan lampu hazard dan memasang segitiga pengaman. Jika melanggar, akan dikenakan sanksi kurungan satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 sesuai pada pasal 278 pasal 57 ayat (3). Yuk baca berita lengkapnya di GridOto.com (klik link di bio) #tipskendaraan #tipsotomotif #jalantol #bahujalan #jalanraya #gridoto #kompasgramedia #otomotif #duniaotomotif #otomania #motorplus #motorplusonline #jip #otomotifweekly #kompasotomotif #gridnetwork

A post shared by GridOto (@gridoto) on

 

Artikel serupa telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Benarkah Tradisi Mudik Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Majapahit? Inilah Kisahnya