Find Us On Social Media :

Ngobrol dengan Promotor MotoGP Indonesia, Ini Alasan Pilih Sirkuit Jalanan

By Reyhan Firdaus, Jumat, 5 April 2019 | 20:50 WIB
Diterima langsung oleh Abdulbar M Mansoer, Direktur Utama ITDC di Kuta Mandalika, Lombok (GridOto.com)

MOTOR Plus-online.com - Banyak pertanyaan ditanyakan kepada Motorplus-online, soal MotoGP Indonesia 2021.

Biar jelas, yuk kita tanyakan langsung kepada Indonesia Tourism Development Corporation (ITCD), selaku promotor gelaran MotoGP Indonesia.

Diwakilkan oleh Eka Budiansyah dari OtoRace.id, banyak pertanyaan ditanyakan sewaktu berkunjung ke kantor ITDC (22/3/19).

Terutama perihal sirkuit, yang bakal berlokasi di Kuta Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga : Gimana Bos Honda Enggak Lemas, Jorge Lorenzo Merugikan Repsol Honda Rp 6,6 Milyar

Baca Juga : Enggak Sangka, Bocah Hacker Yang Belikan 2 Sepeda Motor Untuk Orang Tuanya Ternyata Punya Misi Mulia

Pertama, soal mengapa MotoGP Mandalika dipentas dalam konsep Street Circuit, alias sirkuit jalan raya.

Sirkuit tipe itu, mirip seperti Singapura atau Monako yang dipakai balapan Formula 1 (F1).

Tentunya menjadi pertanyaan, soalnya apakah pemilihan ini karena faktor biaya yang akan dikeluarkan.

Sebagai contoh, pembuatan sirkuit tertutup atau sirkuit permanen, akan lebih mahal ketimbang sirkuit jalan raya, atau malah sebaliknya.

"Banyak faktor, terutama karena kita adalah pengembang pariwisata. Saya mengembangkan kawasan," sebut Abdulbar M Mansoer selaku Direktur Utama ITDC.

"Jadi, dari awal saya memang tidak pernah berpikir untuk membuat stadion (sirkuit) tertutup. Jadi, visi kita itu," ungkap pria ramah ini.

Faktor kedua, karena dinilai street circuit yang akan dipentas di MotoGP Mandalika ini menjadi pertama di MotoGP.

"Indonesia menjadi yang pertama, itu menjadi pioneer kan bagus pasti, satu-satunya di MotoGP yang pioneer, itu yang saya kejar," tambah pria yang gemar memakai batik itu.

Masterplan Sirkuit Mandalika (Instagram/@sea.infra)

Faktor yang ketiga, adalah soal efisiensi.

"Karena sebagai pengelola kawasan, jika ada stadion yang sepanjang tahun tidak terpakai, buat kami menjadi sayang. Karena ini (tempat) indah sekali, di dekat pantai," tambah Abdulbar.

Makanya, jika sirkuit ini tidak dipakai dalam waktu satu tahun ke depan, bisa dipakai untuk kegiatan pariwisata seperti biasa.

"Jadi masalah cost itu kalau dibilang kita enggak kuat bikin stadion (srikuit permanen), ya enggak juga. Karena yang bangun bukan kita loh, tetapi Vinci (investor)," tukasnya.

"Vinci menyediakan Rp 14 triliun. Dia kalau kita arahkan stadion, dia juga kuat," sebut Abdulbar.

"Tapi pertimbangan kita berdua, selaku pemilik tanah dan juga selaku penyewa tanah (investor), street race akan lebih efisien dan lebih indah," ujar pria atletis ini.

Lalu ditanyakan, mengenai perbandingan biaya tentang sirkuit permanen dan street circuit.

Apakah sudah diperbandingkan sebelumnya, Abdulbar pun bilang tidak ada.

Sirkuit Mandalika tidak akan dipakai F1 (MotoGP.com)

"Dari awal sudah street circuit visinya, karena saya bukan pemain otomotif, saya adalah pengembang pariwisata," sebutnya.

Karena itulah, street circuit ini menurutnya lebih masuk akal dari sisi pariwisata.

"Karena kalau kita tutup, orang tentunya tidak bisa lewat sini, sehingga menjadi tempat yang tertutup. Jadi, dari awal memang kita tidak pernah melirik stadion."

"Kalau tidak dikasih street race, mungkin kita berpikir juga. Tapi bayangkan, pertama kali loh street race (di MotoGP). Dan dari awal, kita desain dari nol," tutupnya.