Find Us On Social Media :

Kenapa Motor di Jepang Bebas Ganti Knalpot Racing, Padahal Aturannya Lebih Ketat dari Indonesia

By Reyhan Firdaus, Minggu, 21 Januari 2024 | 09:45 WIB
Ilustrasi penjualan knalpot racing dan aftermarket buat motor di Jepang (jmca.gr.jp)

Bagaimana pengetesan JMCA soal knalpot, rupanya lebih rumit dari Indonesia bro.

Dalam pengetesannya, JMCA mengetes suara knalpot saat kondisi diam dan berakselerasi.

Baca Juga: Gak Semua Knalpot Modifikasi Motor Itu Racing, Produsen Jelaskan Bedanya

Saat kondisi diam, motor dinyalakan kondisi idle atau langsam, dan dB meter dipasang dengan sudut 45 derajat, dan 50 cm dari arah knalpot.

Untuk tes suara saat akselerasi, dB meter mengukur suara saat motor digeber 1/2 dari kecepatan maksimum.

Ambil contoh, motor 125 - 250 cc, maksimum suara saat kondisi diam adalah 94 dB.

Lalu saat tes akselerasi, suara maksimal agar lolos uji JMCA adalah 82 dB.

Tidak hanya suara, JMCA juga mengetes emisi gas buang seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC) sampai nitrogen oksida (NOx).

Tes akselerasi dilakukan JMCA untuk mengecek suara knalpot aftermarket motor (jmca.gr.jp)

Kalau sudah lolos, pabrikan bisa memberikan logo JMCA di knalpot yang menandakan produknya bisa dipakai di jalan.

Bisa dibilang, tes JMCA ini mirip Standar Nasional Indonesia yang berlaku buat helm sampai ban motor.

Makanya, para konsumen di Jepang bisa beli knalpot motor tanpa khawatir kena razia, asalkan ada logo JMCA.

Motor yang ganti knalpot juga dijamin tidak berisik, apalagi para bikers di Jepang dikenal taat aturan.

Menarik juga nih buat ditiru aturannya di Indonesia, agar regulasi knalpot dan modifikasi bisa jelas dan positif implementasinya.