Find Us On Social Media :

Yamaha Technical Academy Bikin Guru SMK Makin Pinter Melalui Train to Trainer Level 2

By Indra GT, Selasa, 18 Februari 2020 | 20:28 WIB
Train to Trainer Level 2 di Yamaha Training Center (YTC), Cempaka Putih, Jakarta (Yamaha Indonesia)

MOTOR Plus-online.com - Sudah komitmen Yamaha Indonesia membuat guru SMK binaan Yamaha dibikin makin mengenal mengenal industri otomotf melalui Train to Trainer Level 2.

Dari 17 – 20 Februari 2020 Yamaha Indonesia melakukan Train to Trainer Level 2 di Yamaha Training Center (YTC), Cempaka Putih, Jakarta.

Peserta dari Train to Trainer Level 2 merupakan para guru SMK se-Indonesia yang merupakan SMK binaan dari Yamaha Indonesia.

Train to Trainer Level 2 ini merupakan pelatihan lanjutan yang diberikan oleh Yamaha Indonesia kepada para guru yang berasal dari 51 SMK yang terpilih sebagai Kelas Khusus Yamaha dari total 757 SMK binaan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Yamaha Resmikan Kelas Khusus Yamaha di Sulawesi Selatan, SMK Binaan Yamaha Makin Bertambah

Baca Juga: Ini 7 SMK Binaan Yamaha Yang Ikut Program Vokasi Pemerintah

Train to Trainer Level 2 di Yamaha Training Center (YTC), Cempaka Putih, Jakarta (Yamaha Indonesia)

Tidak hanya pelatihan Train to Trainer Level 2, Yamaha Indonesia juga memberikan bantuan kepada SMK yang ada di bawah binaannya.

Bentuk bantuannya adalah memperkenalkan standarisasi Ruang Teori, Praktek, Peralatan Bengkel, dan Kurikulum Berstandar YTA.

Hasil dari bantuan ini menjadikan SMK dapat melakukan “Link & Match” antara dunia pendidikan dengan industri yang salah satunya di implementasikan melalui praktek kerja industri dan sertifikasi.

Dengan telah dimulainya Train to Trainer Level 2, kedepannya para guru SMK diharapkan bisa menguasai ilmu perawatan sepeda motor dengan Teknologi Sistem Injeksi.

Baca Juga: Menguak Teknologi VVA, Rupanya Tidak Hanya Dipakai di Yamaha NMAX

Train to Trainer Level 2 di Yamaha Training Center (YTC), Cempaka Putih, Jakarta (Yamaha Indonesia)

Dengan menggunakan YDT (Yamaha Diagnostic Tool) yang sudah memiliki fitur lengkap dan mempermudah mereka dalam melakukan Trouble Shooting terhadap motor-motor Yamaha.

Yamaha Diagnostic Tool telah mengadopsi teknologi terkini selain melakukan penyelarasan kurikulum YTA sesuai dengan SKKNI.

Sebelumnya para guru SMK binaan Yamaha Indonesia telah melakukan pelatihan Level 1 muatan materi lebih terfokus pada pembelajaran teori dan perawatan berkala.

Nantinya setelah melakukan pelatihan pelatihan Level 2 ini akan berlanjut ke pelatihan level 3 yang membahas mengenai management bengkel  dan Yamaha Technology CBU model.

Baca Juga: Beli Yamaha NMAX Bekas Ada Part Aneh Langsung Dilepas Eh Ternyata Sangat Bermanfaat Jadi Nyesel

Pelatihan ini sangat selaras dengan dunia industri dan pendidikan agar tetap sejalan bagi siswa untuk menerapkan setelah lulus dari SMK

“Kehadiran Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI) kedalam proses pembelajaran yang ada di SMK sebagaimana yang dilakukan oleh Yamaha melalui program Train to Trainer, merupakan salah satu contoh kolaborasi yang perlu dikembangkan di semua kompetensi keahlian yang ada di SMK," ujar Suryadi Guyatno, Kepala Sub Direktorat Penyelarasan Kejuruan dan Kerja Sama Industri, Kementerian Pendidikan.

"Karena hal ini selaras dengan apa yang dicanangkan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, dimana hal yang harus diutamakan dalam melakukan revitalisasi SMK adalah dengan merevitalisasi tenaga pengajarnya terlebih dahulu,” ungkap Suryadi Guyatno dalam kata sambutannya.
 
“Dengan slogan ‘SMK Bisa, SMK Hebat’ dan ‘Connected’ Yamaha akan senantiasa terhubung dengan dunia pendidikan melalui berbagai program guna mewujudkan sumber daya manusia yang unggul khususnya di bidang vokasi," jelas Sutarya selaku Sales Director, PT Yamaha Indonesia Motor Mfg.

"Dan program Train to Trainer ini adalah salah satu wujud nyata bagaimana Yamaha membekali para tenaga pengajar terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi terkini di bidang Industri roda guna melahirkan para lulusan siswa dan siswi SMK yang kompeten dan mampu bersaing di dunia kerja sesuai Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” tutup Sutarya.