Find Us On Social Media :

Bukti Nyata Susahnya Beli Pertalite Pakai MyPertamina Diungkap Pemotor yang Sudah Dua Kali Coba Gagal

By Aong, Kamis, 30 Juni 2022 | 08:52 WIB
Beli Pertalite pakai aplikasi MyPertamina dikeluhkan bikers atau pemotor (Kolase/Dok. MOTOR Plus dan Pertamina)

MOTOR Plus-online.com - Mulai 1 Juli 2022 di beberapa daerah beli Pertalite diwajibkan pakai MyPertamina atau QR Code.

Bukti nyata susahnya beli Pertalite pakai MyPertamina diungkap pemotor yang sudah dua kali coba gagal untuk dipakai.

Adapun yang mengungkap susah, lama dan akhirnya gagal pembelian Pertalite pakai MyPertamina yaitu akun Facebook Raka Aditya.

Raka yang tinggal di Purwokerto tersebut bahkan mencoba pakai MyPertamina di dua provinsi yang berbeda.

Keluhan raka awalnya hanya diposting di status Facebook pribadinya namun akhirnya diposting oleh akun Moel di grup Bekakas. 

Berikut ini keluhan Raka yang banyak ditanggapi dan dikomentar paka netizen di status FB pribadinya:  

Niatnya biar pengeluaran BBM terdokumentasi di satu aplikasi, ternyata belum bisa ????
Beberapa hari ini, dapet pengalaman kurang menyenangkan sama aplikasi yang digadang gadang akan diwajibkan bagi pengguna bahan bakar fosil milik pemerintah.

Baca Juga: Tenang Tetap Bisa Beli Pertalite Meski Tak Pakai HP Caranya Daftar di Gerai SPBU Siapkan Dokumen Ini

Baca Juga: Motor Isi Pertalite Belum Perlu Pakai MyPertamina per 1 Juli, Pemotor Masih Bisa Tenang

Keluhan Raka Aditya di status pribadinya (Facebook/Raka Aditya)

Lebih dari 2x nyoba MyPertamina di beberapa pom bensin berbeda daerah (bahkan berbeda provinsi), belum nemu yang beres.

Pertama, scan barcode berhasil, payment gagal.

Yang kedua mesin EDCnya error dan gaada yang bisa troubleshooting, sampe nungguin 15-20 menit juga ga beres beres.

Sisanya ditolak, karena biasanya pas udah sampe antrian terakhir sebelum isi BBM saya selalu nanya "bisa bayar pake mypertamina?"

Jawabannya "maaf mas belum menerima mypertamina" atau "maaf mas masih error, uang cash saja ya".

Sekalinya ada yang nyanggupin, ujung ujungnya error alias ngga bisa dipake juga. Mengsedih.

Agak skeptis juga, yang (katanya) digadang gadang tinggal sebulan lebih sedikit aplikasi ini diwajibkan untuk pengguna bahan bakar bersubsidi.

Apa reliability aplikasi ini akan berjalan sebagaimana mestinya?

Ga kebayang dong antrian bakal jadi panjang gara gara ada ibu-ibu paruh baya mau isi BBM tapi gak bisa pakai aplikasinya?

Atau sesimpel ada orang mau isi BBM, udah selesai scan barcode tapi mesinnya error nggak mau menerima pembayaran?

Buat tim IT supportnya, GWS ya. Saya tau bebanmu buaanyaaaak ????

Yah semoga kalau emang beneran aplikasinya mau diwajibkan untuk digunakan, ya backbone aplikasinya diperkuat, karena nantinya yang akses juga banyak orang.

SDM di lapangan juga ditraining lagi, jangan cuma dikasih himbauan lewat teks hasil dari foward WA.

Sosialisasi juga harus menyeluruh, karena pengguna BBM plat merah justru orang orang daerah kaya kami ini.

Beberapa kota besar mah ada pilihan penyedia bahan bakar pihak swasta, lha kita yang di kampung? Wkwk

Disclaimer: saya nyoba aplikasi ini biar pengeluaran BBM tercatat & terkontrol, bukan berarti saya ngisi pertalite ya.

Jangan semudah itu ambil kesimpulan. Saldo LinkAja udah diisi & connect ke kartu debit juga.

Jadi ada opsi mau diambil dari mana sumber dananya.

Saya nyoba aplikasi ini bukan di ibukota, melainkan di kota & kabupaten sekitar Jateng - DIY.

Kalo masih ada yang bilang "di jakarta udah lancar kok", yoopo aku kudu nang Jakarta disik nggo isi bensin?

Sampai berita ini ditulis keluhan Raka dapat 1,7 ribu tanggapan, 770 komentar dan 2,1 ribu kali dibagikan.