Meski Jadi Negara Pembuat Motor, Ini Alasan Warga Jepang Jarang Punya Motor

Indra Fikri - Minggu, 12 Maret 2023 | 11:35 WIB
Tribunnews.com
Meski jadi negara pembuat motor, warga Jepang justru ogah pakai motor.

MOTOR Plus-online.com - Meski jadi negara pembuat motor, berikut ini alasan warga Jepang jarang yang mempunyai motor.

Dikenal sebagai negara asal pabrikan motor seperti Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki, jumlah motor di Jepang sangat sedikit.

Menurut Statista, jumlah motor yang beredar di Jepang per Maret 2021 hanya 10,29 juta unit.

Jumlah tersebut hanya sekitar 8 persen dibandingkan penduduk Jepang yang mencapai 125,7 juta pada tahun 2021 menurut laporan Bank Dunia.

Dosen Prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya Malang, Ni Made Savitri mengatakan, ada beberapa alasan kenapa jarang ada motor di Jepang.

1. Sepeda motor berbahaya dikendarai saat musim dingin

Salah satu alasan tak banyak motor di Jepang karena mengendarai motor saat musim salju bisa sangat berbahaya.

Made mengatakan, jalan yang sudah membeku karena salju akan terasa licin ketika dilintasi roda motor dan bisa menyebabkan penggunanya jatuh atau tergelincir.

Baca Juga: Di Negara Ini, Orang Punya Motor dianggap Pelaku Kriminal, Kok Bisa?

"Jalanan di Jepang membeku dan banyak black ice, di mana ini kondisi jalanan yang membeku. Tapi (black ice) tidak terlihat ada lapisan esnya dan ini sangat membahayakan orang yang melewatinya," kata Made dikutip dari Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Made yang pernah tinggal di Jepang juga menyampaikan, motor biasanya hanya digunakan untuk pengiriman paket, surat, atau ekspedisi.

Selain itu, orang Jepang mengendarai motor hanya untuk hobi, dan bukan untuk aktivitas sehari-hari.

2. Sepeda motor dinilai identik dengan aksi kriminal

Alasan lainnya tidak banyak sepeda motor di Jepang adalah karena motor dinilai identik dengan aksi kriminalitas.

Menurut Made, pandangan masyarakat Jepang terhadap pemotor tidak begitu positif.

Hal itu mengingat pada tahun 1970 hingga 1980-an marak muncul geng motor yang kerap menimbulkan kerusuhan karena tawuran atau perkelahian antargeng.

Negara Jepang lalu menggelar kampanye yang membatasi pelajar SMA memiliki dan mengendarai motor.

Baca Juga: Rumor Motor Baru Honda Stylo 160 Merebak, Desain Bakal Mirip Honda Lead 125?

Selain itu, oleh sebagian masyarakat Jepang, motor sempat diasosiasikan sebagai tindakan kriminal bahkan dikaitkan dengan Yakuza, sindikat mafia asal Jepang.

"Nampaknya aturan tadi digalakkan untuk mencegah dan menekan geng motor di Jepang. Yang mana kalau dilihat saat ini sepertinya sudah tidak ada geng semacam itu," ujar Made.

3. Transportasi umum di Jepang lebih nyaman

Alasan lain warga Jepang enggan memiliki kendaraan pribadi seperti motor adalah karena transportasi umum di negara tersebut sudah nyaman dan tertata.

Made menyebutkan, transportasi umum yang aman dan nyaman tersebut membuat warga Jepang merasa tidak perlu memiliki kendaraan pribadi baik mobil maupun motor.

"Faktor ini juga yang menyebabkan sedikitnya orang Jepang yang menggunakan motor. Sekalipun perusahaan otomotif dari Jepang bisa dibilang sebagai produsen motor terbesar di dunia," jelasnya.

Menurut Made, dibandingkan motor, masyarakat Jepang lebih memilih menggunakan mobil atau sepeda untuk menjadi kendaraan yang digunakan sehari-hari.

Bahkan Made mengaku tidak pernah melihat tempat parkir motor selama berada di Jepang.

Baca Juga: Motor Baru Honda Terdaftar di DJKI Kemenkumham, Punya Gaya Scrambler

"Untuk sepeda motor sangat jarang dan di berbagai tempat umum sangat jarang sekali," ungkapnya.

4. Kampanye "Sannaiundo"

Alasan jarang warga Jepang yang memiliki sepeda motor juga karena adanya kampanye Sannaiundo.

Tour guide yang saat ini menetap di Jepang, Yuki menjelaskan, pada tahun 1970-1990 di Jepang pernah digelar kampanye bernama "Sannaiundo" yang ditujukan kepada pelajar SMA.

Kampanye tersebut berisi ajakan untuk tidak membiarkan pelajar SMA mendapatkan SIM motor, kecuali dengan standar keselamatan yang tinggi.

Kampanye Sannaiundo juga tidak membiarkan pelajar SMA untuk membeli motor dan karena faktor inilah harga motor di Jepang dinilai menjadi sangat mahal.

"Yang ketiga, jangan biarkan mereka (pelajar SMA) mengemudi motor sebelum punya SIM. Karena denda yang diberlakukan sangat mahal," ucap Yuki, Jumat (10/3/2023).

5. Harga motor di Jepang mahal

Baca Juga: Staf Ahli Menhub Harap Pabrikan Motor Lokal Mampu Saingi Jepang

Alasan lain warga Jepang ogah beli motor, salah satunya karena harga motor yang dinilai mahal untuk ukuran warga Jepang jika dibandingkan menggunakan fasiltas transportasi umum.

Yuki menyampaikan, harga motor di Jepang untuk motor matic dengan kapasitas mesin 125 cc bisa mencapai Rp 20 jutaan.

"Di Jepang harga sepeda motor matic bisa mencapai 190.000-250.000 Yen atau Rp 21-28 juta dengan kurs 1 Yen Rp 112," jelasnya.

Yuki juga menerangkan, biaya membuat SIM di Jepang tidak murah, selain juga proses pembuatannya yang lebih sulit.

Disebutkan, biaya pembuatan SIM di Jepang dapat mencapai 100.000 Yen atau setara Rp 11 jutaan.

"(Orang Jepang) mesti belajar ke sekolah motor," kata Yuki.

6. Pajak dan perawatan sepeda motor

Warga Jepang dinilai enggan memiliki motor karena pajak kendaraan roda dua di negara tersebut juga dinilai tak sedikit.

Baca Juga: Korlantas Polri Minta Polisi Tanah Air Tiru Jepang, Seperti Apa?

Yuki mengatakan, motor dengan kapasitas mesin lebih dari 125-250 cc, dikenakan pajak sebesar 3.600 Yen atau lebih dari Rp 400 ribu.

Pemberlakuan pajak itu berdasar penggolongan bahwa motor termasuk kendaraan ringan sehingga dikenakan pajak kendaraan ringan.

"Juga, pajak berat adalah 4.900 Yen hanya untuk mobil baru, tetapi karena ini baru pertama kali, kali ini tidak termasuk dalam biaya perawatan tahunan," jelas Yuki.

Di sisi lain, pemotor di Jepang juga dibebani biaya bensin yang dihitung 1 liter per 40 kilometer.

Bila dirinci lebih detail, biaya kepemilikan dan pengguna secara kasar dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni pajak kendaraan ringan, asuransi kewajiban mobil, biaya bensin, biaya perawatan termasuk ganti oli, dan premi asuransi sukarela.

Berikut gambaran biaya perawatan motor di Jepang:

Pajak kendaraan ringan (125-250 cc): 3.600 Yen (Rp 400 ribu)
Pajak berat: 0
Biaya pemeriksaan kendaraan: 0
Biaya parkir: 4.000 Yen (Rp 459.365)
Biaya bensin: 40.000 Yen (Rp 4,5 juta)
Biaya konsumsi: 30.000 Yen (Rp 3,4 juta)
Asuransi: 3.224 Yen (Rp 370.248).

Bila ditotal, biaya perawatan sepeda motor di Jepang mencapai 81.000 Yen atau setara Rp 9,3 juta.

Baca Juga: Honda Dio 110 2023 Rilis, Honda BeAT Kalah Elegan, Dijual Rp 28 Jutaan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Alasan Orang Jepang Enggan Beli Sepeda Motor"

Penulis : Indra Fikri
Editor : Joni Lono Mulia




KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular