MOTOR Plus-online.com - Mengecat ulang body motor yang berbahan kulit jeruk gampang-gampang susah.
Susah karena biasanya cat di bagian ini gampang terkelupas.
Ternyata, ada tips dan trik khusus biar mengecat bagian body kulit jeruk enggak gampang terkelupas.
Umumnya bahan seperti ini ditemui pada sepatbor belakang dan juga bagian dek motor.
(BACA JUGA : Astaga! Pemilik Kawasaki Ninja Ini Bakar Motornya Gara-gara Tukang Cat, Simak Videonya)
Berikut triknya :
1. Aplas Enggak Boleh Asal
Untuk dek yang permukaannya seperti kulit jeruk proses pengamplasan harus dikerjakan serius. =
“Gosok dek dengan amplas kasar. Pakai amplas kayu yang paling kasar juga boleh. Amplas sampai permukaan dek timbul bulu-bulu halus," ucap Alfathir alias DJ.
"Setelah itu baru hilangkan bulu yang muncul dengan amplas halus,” ucap punggawa DJ Custom Paint yang bermarkas di Jl. Depok Dua, Depok, Jawa Barat.
2. Dasari Dengan PP Primer
Penggunaan PP Primer juga bertujuan agar cat bisa merekat sempurna di permukaan dek.
Jangan lupa, cuci dan keringkan dek sebelum dilapisi dengan PP Primer.
(BACA JUGA : Maksudnya Biar Sama dengan Jam Tangan, Orang Ini Cat Motor Astrea Prima Miliknya! Hasilnya? Bikin Ngakak)
Semprot PP Primer sampai merata.
Buat beberapa lapis agar hasil bisa lebih maksimal.
Setelah PP Primer kering, gosok menggunakan amplas halus sebelum dilapisi dengan cat warna.
3. Cat Dan Pernis
Untuk proses pengecatan dan pernis, tidak ada trik khusus yang harus dilakukan.
Tinggal semprotkan cat dengan warna yang diinginkan ke atas permukaan dek yang telah dilapisi PP Primer.
Buat beberapa lapisan cat agar hasil lebih baik.
Setelah proses pengecatan selesai, baru lapisi dek yang sudah diberikan warna menggunakan pernis.
(BACA JUGA : Bos Ducati MotoGP Tidak Mau Gaji Besar Lagi Pembalapnya, Kenapa?)
Tunggu hingga cat benar-benar kering.
Setelah itu langsung pasang dek kembali ke tempat semula.
Dijamin, tingkat ketampanan tunggangan sobat akan terdongkrak dengan dek barunya yang berwarna.
| Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
| Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR