Advertorial

Sekepal Aspal Talk - Special Edition : The Wild Brain Workshop

Yussy Maulia - Sabtu, 23 Januari 2021 | 10:10 WIB
Dok.Sekepal Aspal
The Wild Brain Workshop Medan.

MOTOR Plus-online.com – Bikers Medan, baik pecinta motor klasik maupun kustom, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama The Wild Brain Workshop (TWBW). Ya, workshop yang telah berdiri sejak 2011 tersebut bukan hanya menjadi rumah karya bagi pemotor kustom, melainkan sebuah komunitas besar di Medan.

Melihat pengaruh The Wild Brain Workshop yang cukup besar di Medan, Sekepal Aspal pun mengajak salah satu perwakilannya untuk berbincang dalam Sekepal Aspal Talk Special Edition. Simak perbincangan serunya di Sekepal Aspal Talk Special Edition: The Wild Brain Workshop di bawah ini.

Sekepal Aspal (SA): Bisa ceritakan sedikit tentang awal mula terbentuknya The Wild Brain Workshop? 

TWBW: Awal mulanya 2011. Gue saat itu mulai senang dunia motor kustom dan coba-coba bangun motor di workshop. Kemudian, gue buat satu workshop, rekrut beberapa orang, lalu kawan-kawan terdekat mulai percaya workshop gue untuk ngerjain motor mereka.

Setelah ikut kompetisi lokal, akhirnya pada 2014 gue resmi kasih nama workshop itu The Wild Brain Workshop.

Baca Juga: Sekepal Aspal Talk - Special Edition : Lawless Jakarta Garage

SA: Lalu bagaimana The Wild Brain Workshop yang berawal dari workshop kustom menjadi sebuah komunitas atau kolektif roda dua di Medan?

TWBW: Kebetulan gue bisa dibilang aktif di skena motor, musik, dan beberapa skena lainnya seperti skateboard, mural dan grafitti, tato, sampai mobil tua. Teman-teman di lingkungan itu kemudian pingin gabung dan main di The Wild Brain Workshop.

Beberapa kawan enggak punya motor dan yang punya motor juga enggak harus mengkustom di workshop gue. Semakin ke sini, The Wild Brain Workshop jatuhnya seperti komunitas, tapi garis besarnya tetap di motor kustom. Kami juga masih aktif mengeluarkan karya-karya motor.

Baca Juga: Tetap di Jalur: Cerita dari Sekepal Aspal Tentang Konsistensi untuk Selalu Berkarya

SA: Lo pribadi kan juga punya band. Apa namanya dan musiknya seperti apa?

TWBW: Band gue namanya Vintage Glasses. Genrenya bisa dibilang stoner rock atau hard rock. Vintage Glasses ini sudah mau jalan 13 tahun, memiliki satu album, dan sedang proses menuju album kedua.

SA: Kustom Kulture sendiri tidak sekedar tentang kendaraan kustom, tapi juga gaya hidup yang sudah menyebar lintas budaya. Contohnya itu budaya fashion, musik, dan extreme hobbies. Bagaimana lo melihat hubungan antara musik dan motor? Apakah saling mempengaruhi satu sama lain?

TWBW: Menurut gue pribadi sangat mempengaruhi karena dari dulu gue di Medan terjun di lingkungan skena motor dan musik. Jadi, gue rasa (keduanya) kombinasi yang pas.

Karena ketika kita bermotor kita membutuhkan wawasan musik atau fashion yang disenangi, menyesuaikan dengan kepribadian masing-masing, supaya bermotor lebih asyik. Begitu juga sebaliknya, ketika bermusik, gue membutuhkan ingar-bingar dari dunia permotoran.

Baca Juga: Motor Kustom Di Film 1.000 Kilometer Sekepal Aspal Indonesia

SA: The Wild Brain Workshop sebagai kolektif roda dua cukup aktif di Medan. Kegiatan apa saja yang sudah pernah kalian lakukan atau adakan dalam rangka membesarkan skena kustom di Medan?

TWBW: Kami terbilang aktif. Mulai dari 2014, sepulang dari salah satu event besar Kustom Indonesia di Jogja, kami mengadakan gathering sekaligus exhibition kecil-kecilan di skena kustom. Saat itu kami berhasil mengajak kurang lebih 300 orang.

Kami juga mempunyai kegiatan riding bernama Ridevolution yang selalu diadakan setiap 17 Agustus dengan tema Kustom Party Ride. Memasuki 2016 sampai 2018, setiap tahunnya kami memegang movement Distinguished Gentlemen Ride (DGR) yang berhasil mengajak rekan-rekan pemotor kustom dan klasik. Biasanya ada sekitar 500 peserta yang turun ke jalan.

Baca Juga: Sekepal Aspal, Ajang Kumpul Penggila Motor Modifikasi yang Kedua Kalinya

SA: Ada movement lain dari The Wild Brain Workshop yang bisa diceritakan enggak?

TWBW: Ada. Berkat support dan antusiasme rekan setiap skena di lingkungan kota Medan, di akhir 2018 kami berhasil memiliki event sendiri namanya Hard Line Show. Event ini tujuannya untuk mewadahi hasil karya dan kreatifitas anak Medan. Kami sangat berharap Hard Line Show bisa ter-publish ke kota lain dan kancah internasional. 

Memasuki 2019 - 2020, kami membentuk subdivisi yang menggawangi movement di bidang sosial lingkungan bernama Medan Ride Foundation. Kami ajak rekan-rekan permotoran kustom, klasik, motor cc besar dan kecil untuk silaturahmi dalam satu wadah.

Dalam satu tahun, kami rutin tiga sampai empat kali mengadakan movement untuk turun ke jalan dengan berbagai momen dan tema. Jumlah pesertanya  mencapai 300-400 orang. Semua kami lakukan untuk memajukan skena kustom kulture di kota Medan.

SA: Di tengah situasi seperti sekarang, bagaimana lo dan teman-teman di TWBW bisa survive dan tetap meramaikan skena kustom di Medan?

TWBW: Sebenarnya sangat disayangkan. TWBW sebenarnya sedang mempersiapkan Hard Line Show dengan konten, tema, dan persiapan yang lebih besar dari sebelumnya. Ternyata acara harus di-pending H-3 karena situasi yang tidak memungkinkan. Namun, kami enggak ingin situasi seperti saat ini membuat dunia kustom kulture, di Medan khususnya, menjadi drop atau hilang semangat.

Untuk workshop, TWBW tetap kembali mengerjakan karya-karya motor. Saat situasi sudah mulai membaik, Medan Ride Foundation akan kembali mengajak rekan-rekan permotoran di Medan dan sekitarnya untuk membangun spirit bermotor dan turun ke jalan.

SA: Seberapa pentingnya silaturahmi dan berjejaring dengan pegiat kustom kulture di kota-kota lain menurut lo?

TWBW: Bagi gue pribadi, penting sekali silaturahmi dalam dunia kustom kulture. Dari sini gue benar-benar banyak belajar dan memahami ternyata terjun ke dunia kustom kulture bisa dapat banyak info, pengetahuan, persaudaraan, hingga berbicara bisnis di dalamnya.  Gue bisa mengenal dan dikenal teman-teman di luar Medan.

Namun, yang paling utama gue dan rekan-rekan The Wild Brain Workshop setelah pelan-pelan belajar sampai saat ini dan mulai memahami bagaimana dunia kustom kulture. Kami juga semakin merasa mempunyai tanggung jawab dan ingin memajukan kota Medan dalam dunia kustom kulture di Indonesia.

Kota Medan bisa membuktikan juga hasil kreativitas anak mudanya ke kancah Internasional dan bukan lagi menjadi kota metropolitan yang tertinggal seperti sebelumnya.

Sekepal Aspal Talk Special Edition: The Wild Brain Workshop juga dapat disimak di akun Instagram @sekepalaspal. Ke depannya, masih ada lagi workshop dan komunitas kustom keren yang bakal hadir di bincang-bincang tersebut. Ikuti terus update-nya.

Penulis : Yussy Maulia
Editor : Sheila Respati

YANG LAINNYA